this site
hakekat hajar aswad

HAJAR ASWAD, PUSAT RADIASI PLANET BUMI
Bagi umat islam, Hajar Aswad merupakan batu yang sangat agung. Tapi sebenarnya tidak hanya itu, ternyata Hajar Aswad merupakan pusat radiasi di planet bumi.

Para ilmuan astronomi dunia, sudah banyak yang meneliti tentang batu Hajar Aswad. Mereka menemukan bahwa batu yang diyakini berasal dari surga ini, memang benar-benar misterius. Bagaimana tidak, batu ini disamping merupakan batu yang agung bagi umat islam, tapi juga di sepakati oleh para ilmuan astronomi bahwa batu hitam ini satu-satunya pusat radiasi di planet bumi. Pertanyaannya sekarang, apa sebenarnya batu Hajar Aswad itu?
Hajar Aswad bukan berhala

Hajar Aswad kalau dilihat dari artinya adalah batu hitam. Batu itu, kini ada di salah satu sudut Ka`bah yang mulia yaitu di sebelah tenggara dan menjadi tempat start dan finish untuk melakukan ibadah tawaf di sekeliling Ka`bah.

Dinamakan juga Hajar Aswad, diletakkan dalam bingkai dan pada posisi 1,5 meter dari atas permukaan tanah. Batu yang berbentuk telur dengan warna hitam kemerah-merahan. Di dalamnya ada titik-titik merah campur kuning sebanyak 30 buah. Dibingkai dengan perak setebal 10 cm buatan Abdullah bin Zubair, seorang shahabat Rasulullah SAW.

Batu ini asalnya dari surga sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh sejumlah ulama hadis. Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad turun dari surga berwarna lebih putih dari susu, lalu berubah warnanya jadi hitam akibat dosa-dosa bani Adam.” (HR Timirzi, An-Nasa`I, Ahmad, Ibnu Khuzaemah dan Al-Baihaqi).

“Turun dari surga” seperti yang dijelaskan diatas tentunya berkaitan dengan asal usul Hajar Aswad, yang mana hal itu berkaitan dengan pembangunan Ka’bah.

Pada zaman dulu, Ketika Nabi Ibrahim as bersama anaknya Nabi Ismail as ingin membangun  Ka’bah, banyak kekurangan yang dialaminya. Pada mulanya, Ka’bah itu tidak ada pintu masuknya. Anak bapak ini bersusah payah membangun Ka’bah dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.

Dalam sebuah kisah disebutkan, ketika pembangunan Ka’bah itu selesai, ternyata Nabi Ibrahim masih merasakan kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Ka’bah. Kemudian Nabi Ibrahim menyuruh Nabi Ismail untuk mencari sebuah batu yang akan diletakkan di Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.

Setelah itu, Nabi Ismail as pun pergi mencari batu dari satu bukit ke bukit yang lain, guna mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail as sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba-tiba datang malaikat Jibril as memberikan sebuah batu yang cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as. merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim as bertanya, "Dari mana kamu dapat batu ini?"
Nabi Ismail berkata, "Batu ini kuterima daripada yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril)."

Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail as. Sehingga sekarang Hajar Aswad itu dicium oleh orang-orang yang pergi ke Baitullah. Siapa saja yang bertawaf di Ka’bah disunnahkan mencium Hajar Aswad. Beratus ribu kaum muslimin berebut ingin mencium Hajar Aswad itu, yang tidak mencium cukuplah dengan memberikan isyarat lambaian tangan saja.

Apabila manusia mencium batu itu maka timbullah perasaan seolah-olah mencium ciuman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sebaiknya disana berdo’a sebanyak-banyaknya, karena disitu merupakan salah satu tempat yang mustajabah. Jagalah hati kita sewaktu mencium Hajar Aswad supaya tidak menyekutukan Allah, sebab tipu daya syaitan kuat di Tanah Suci Mekah.

Ingatlah kata-kata Khalifah Umar bin Al-Khattab apabila beliau mencium batu itu (Hajar Aswad) : "Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah batu biasa. Andaikan aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, sudah tentu aku tidak akan melakukan (mencium Hajar Aswad)."

Pusat Radiasi Bumi
Salah satu ilmuan yang meneliti tentang pusat radiasi ini ialah Neil Amstrong, astronom yang satu ini  telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Sedangkan pusat dari mekah itu ialah Ka’bah dengan Hajar Aswadnya. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.

Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata : “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya?.”

Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayangnya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.

Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbukti ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.

Keajaiban tentang Ka’bah dan Hajar Aswadnya tidak berhenti disitu, namun para ilmuan juga menemukan bahwa di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.

Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita. Jadi benar bahwa batu Hajar Aswad itu bersal dari surga seperti yang dijelaskan dalam hadist diatas.

Ada yang lebih menarik lagi, kiblat umat Islam yaitu Ka’bah, ternyata selain sebagai titik sentral menghadap ketika sholat (dari manapun arahnya ke Ka’bah menghadapnya) namun Ka’bah mempunyai keajaiban lain, Miracle Of Kaaba ini terbukti dengan penelitian ilmuwan, ditemukan bukti adanya keajaiban yang akurat dengan ditemukannya angka unik 1,618.

Angka satu koma enam ratus delapan belas ini, bisa cm, meter atau kilometer dan seterusnya. Di mana keajaibannya? Ternyata dibangunnya Ka’bah oleh Nabi Ibrohim Alaihis salam bersama putranya Nabi Ismail Alaihis salam adalah titik sentral alam semesta. Jadi bukan asal di bangun dan bukan asal berdiri. Uniknya lagi, jarak dari Ka’bah ke kutub utara dan jarak Ka’bah ke kutub selatan, dimana jarak terpanjang di bagi dengan jarak terpendek hasilnya 1,618. Begitu juga jarak dari Ka’bah ke barat dan jarak Ka’bah ke timur dimana sisi panjang di bagi sisi pendeknya, juga ketemu angka 1,618.

Disamping itu pula, jarak diagonal Ka’bah di peta, dari jarak sisi panjang ke sisi jarak pendeknya di bagi dua, akan menghasilkan jarak 1,618. Dan jarak dimana Ka’bah ke Timur dan ke Barat lebih semetris di bandingkan dengan jarak dari Greenwich Mean time ( GMT ).

Di London yang dijadikan titik sentral untuk menentukan waktu dari 0 (nol ) derajat ke barat sejauh 180 derajat dan 0 (nol) derajat ke timur sejauh 180 derajat yang bertemu di Samudera Pasifik, sebenarnya tidak akurat, jadi menurut konsep ini mestinya pembagian waktu yang tepat bukan dari kota London, tapi kota Mekkahlah yang lebih tepat. Allahu Akbar! Sungguh sangat menakjubkan!.



0 komentar

Posting Komentar

Flag Counter

free counters
Link Top Tutorial Blog Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Kotak Berlangganan

Enter your email address:

Followers

About Me

Foto saya
saya berasal dari orang yang menengah kebawah, tapi dengan keinginan kuat saya, tak menjadi penyebab bagi saya untuk tidak meneruskan kuliah, tekad yang bulat, dan keinginan yang menggebu-gebu mendorong saya untuk melang-lang buana atau merantau ke daerah yang jauh dari tanah kelahiran saya.