this site
Bekti Cahyani, angkatan 101 Berkat Luck Factor, Bisa berangkat Umroh

Salah satu materi yang ada dalam tranning SEFT ialah Luck Factor, materi ini dengan cara mendo’akan orang lain, supaya mencapai hajat yang kita inginkan.
Materi inilah yang digunakan oleh ibu bekti dengan nama panjang bekti cahyani. Ketika ditemui disela-sela coffe break, pada awalnya dia enggan untuk menceritakan kejadian yang sangat menakjubkan setelah dia pulang dari tranning SEFT, akan tetapi setelah mendapat beberapa pemahaman dari reporter al-Madinah, diapun mau menceritakan kenikmatan Allah yang tak disangka-sangka.
Dengan perasaan ragu bercampur syukur, dia perlahan menceritakan kejadian yang dialami setelah mengetahui materi luck factor, matanya berkaca-kaca seakan air mata kebahagiaan tak mampu ia tahan karena merasa takjub atas nikmat Allah.

“Terlalu meresapi saya mungkin,” ungkapan pertama yang keluar dari mulut mulianya, betapa tidak, setelah mengetahui materi luck factor dan kemudian pulang dari tranning, dia selalu mendo’akan orang lain supaya lebih baik, terutama ketika dia sudah sampai ke makam Sunan Ampel untuk ziarah. Di daerah Ampel itulah, mendo’akan orang lain tambah meningkat, sehingga berjalan desak-desakanpun tak terasa.
Perbincangan kami terus berlanjut ketika dia meneteskan air mata. Ibu yang lahir pada 14 Mei 1961 ini menceritakan kejadiannya waktu di Ampel, termasuk ketika melihat satu rombongan yang jama’ahnya terdiri dari orang-orang yang cacat fisiknya. “Yang paling mengetuk hati saya ketika ada rombongan yang kurang sempurna fisiknya (cacat). Saya berfikir, jika orang cacat saja berziarah ke makam para wali, kenapa selama ini saya tidak bisa lebih dari pada mereka? akhirnya, saya hanya bisa mendo’akan mereka supaya lebih baik dan di berikan kesehatan oleh Allah”,ungkapnya sambil mengusap air matanya yang sembab.
Setelah kejadian itu, kemudian ia hanya bisa diam, kemudian sholat di masjid ampel dengan keadaan menangis, dia merasa selama ini kurang mensyukuri nikmat allah yang diberikan kepadanya. Padahal selama ini dia sudah mendapatkan nikmat yang besar dari Allah, termasuk sudah bisa menyetorkan uang untuk berangkat umroh. Akan tetapi masalahnya, sebentar lagi uang untuk berangkat umroh itu sudah harus dilunasi dalam waktu dekat, sedangkan keluarganya masih kebingungan mencari uang untuk melunasi setoran itu dan untuk bekalnya.
Setelah melakukan sholat dan bebarapa dzikir, kemudian dia pulang ke rumahnya dengan tetap mengamalkan luck factor, yakni mendo’akan orang lain.
Setibanya dirumah, ternyata sudah ada tamu yang menunggu kedatangannya. Dan saat itulah buah lack factor itu terbukti, dia diberi uang yang menurutnya tidak sedikit, sehingga diapun hanya bisa bungkam tak mampu berkata-kata karena nikmat allah itu. “saya tak menyangka nikmat allah ini, waktu tamu saya mau pulang, dia memberikan amplop kepada saya, dan tamu saya bilang, ini hanya sekedarnya, semoga bermanfaat, setelah saya lihat, ternyata uang dalam amplop itu tidak sedikit, sangat banyak, yang cukup untuk melunasi setoran umroh dan bekal untuk berangkat umroh,” ungkapnya dengan nada perlahan.
Kejadian itu membuatnya tidak bisa tidur, hingga akhirnya dia terlelap ketika hampir subuh, dan sebelum subuh diapun sudah bangun untuk melakukan kebiasaannya sholat tahajut, setelah itu sholat subuh.
Pagi itu tak disangka ada tamu mengetuk pintu, tak ada angin tak ada badai, tamu itu memberikan amplop kepada bekti ini, dan ternyata uang dalam amplop itu juga tidak sedikit. “Subhanallah, saya sangat takjub sekali dengan kenikmatan allah ini, tak disangka-sangka dia juga memberikan uang, dan diapun bilang “hanya sekedarnya, semoga bermanfaat” sama dengan sebelumnya, dan sayapun hanya bisa diam tak bisa berkata-kata,” tuturnya dengan sangat gembira. Kejadian itu masih terngiang-ngiang di pikirannya, dia hanya bisa bersyukur kepada allah atas segala nikmat-Nya.

0 komentar

Posting Komentar

Followers

About Me

Foto saya
saya berasal dari orang yang menengah kebawah, tapi dengan keinginan kuat saya, tak menjadi penyebab bagi saya untuk tidak meneruskan kuliah, tekad yang bulat, dan keinginan yang menggebu-gebu mendorong saya untuk melang-lang buana atau merantau ke daerah yang jauh dari tanah kelahiran saya.