Kemajuan
teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya, tak
heran jika umur manusiapun sudah dapat diketahui melalui tes DNA.
Agama memberi pemahaman kepada kita
bahwa masalah umur, jodoh dan rizki sudah diatur oleh tuhan yang maha esa yang
menciptakan manusia. Akan tetapi, dengan kemajuan zaman yang semakin global,
dan kemajuan teknologi yang semakin pesat, persepsi itu mulai terbantahkan oleh
penelitian ilmiah.
Salah satu penelitian ilmiah yang
berusaha membantah persepsi itu ialah penemuan tentang umur manusia yang bisa
diketahui lewat uji genetic (DNA). Teknologi ini dapat mengetahui sampai berapa
lama seseorang akan hidup, tentunya controversial dengan pemahaman kita selama
ini, sedangkan pemahaman kita selama ini dilandaskan pada keyakinan agama yang
menjelaskan urusan umur hanya sang pencipta yang mengaturnya dan mengetahuinya.
Pertanyaan yang muncul kemudian ialah
benarkah ada teknologi yang bisa mengetahui umur manusia? Dapat mengetahui
berapa lama umur manusia?
Umur Biologis Diukur Dengan Telemore
Ilmuan yang berhasil menemukan teknologi
ini ialah Maria Blasco dari Spanyol National Cancer Research Centre di Madrid.
Seorang Peneliti di bidang kesehatan ini mengklaim bahwa umur manusia dapat
dilihat dari panjang struktur ujung kromosom yang disebut telomere.
Telomere inilah yang diyakini oleh para
ilmuan merupakan indicator penting terkait dengan penuaan seseorang. Sehingga
seseorang yang memiliki telomere lebih pendek dari ukuran normal, akan cendrung
meninggal di usia lebih muda dibanding pemilik telomere lebih panjang. Akan
tetapi Maria Blasco juga mengakui bahwa pihaknya tidak tahu apakah telomere
yang lebih panjang akan menjamin umur lebih lama.
Walaupun tidak bisa memastikan secara
tepat dari segi hari, bulan dan tahun meninggalnya, namun rentang waktu
meninggalnya itu bisa diperkirakan 5-10 tahun. Kelemahan inilah yang menurut
para ilmuan akan ditindak lanjuti lima atau 10 tahun kedepan. "Pengujian
lanjutan telomere akan terus dilakukan dalam lima atau 10 tahun ke depan,"
kata para ilmuwan, seperti dikutip dari Daily Mail.
Terlepas dari akurasi waktunya, tentunya
temuan ini menuai berbagai macam controversial, yang bisa dilihat dari sisi
positif dan negatifnya.
Dilihat dari sisi positifnya, kita bisa
mengetahui berapa lama lagi kita akan hidup di dunia, sehingga kita bisa
mempersiapkan amal-amal kebajikan ketika sudah mulai hampir meninggal.
Disamping itu pula, tes ini diprediksi akan banyak digunakan oleh organisasi
atau perusahaan asuransi yang menjual sahamnya, sehingga perusahaan itu akan menyuruh tes terlebih
dahulu kepada kliennya sebelum membeli saham atau polisnya. Jika umur klien itu
sudah dekat, maka kemungkinan klien ini tidak akan diberi polisnya. Tapi jika
umur klien itu masih panjang, maka kemungkinan perusahaan berani memberikan
polisnya kepada klien.
Sedangkan jika dilihat dari sisi
negatifnya, ketika melakukan tes, kemudian hasilnya buruk, yang dikhawatirkan
oleh beberapa peneliti ialah akan dikhawatirkan adanya organisasi atau individu
yang melakukan pembajakan terhadap hasil tes, kemudian berusaha menjajakan
ramuan palsu untuk kehidupan yang lebih lama.
Terlepas dari itu semua, para ilmuan
menganggap penting terhadap tes ini, karena untuk meminimalisir gangguan
kesehatan yang berkaitan dengan usia, mulai dari penyakit kardiovaskuler hingga
Alzheimer dan kanker.
Terobosan baru yang bisa memberi tahu
berapa lama lagi seseorang akan hidup ini, mulai ditawarkan di Inggris pada
akhir tahun 2011 dengan biaya 435 pound sterling atau sekitar Rp 6 juta.
Penelitian Glasgow University
Permasalahan umur manusia yang dapat
dilihat dari hasil tes DNA ini juga diteliti oleh Glasgow University, mereka
membenarkan bahwa jangka hidup seseorang tercetak pada DNA, dan dapat dilihat
sejak lahir, yang semuanya itu bergantung pada telomere, yaitu zat yang
melindungi kromosom dari kerusakan.
Daily Mail, Rabu (11/12/2011),
menjelaskan bahwa sampai saat ini para ilmuan masih intens melakukan penelitian
ekstensif pada telomere yang dianggap memegang kunci penuaan, mereka menemukan
telomere ini dapat memendek sesuai dengan pilihan hidup, termasuk merokok dan
stres. Tapi ini baru indikasi pertama yang mununjukkan bahwa jangka hidup
seseorang mungkin saja ditentukan sejak kelahiran.
"Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa apa yang terjadi pada tubuh kita di tahap awal kehidupan memiliki nilai
yang sangat penting," kata Pat Monaghan, pimpinan penelitian di Glasgow
University.
Para ilmuwan melakukan penelitian
tersebut menggunakan burung pipit zebra, yang umum terdapat di Australia. Pada
manusia, penelitian tersebut biasanya hanya melibatkan orang berusia lanjut,
karena masalah rentang waktu. Di masa depan, orang mungkin saja dapat menguji
berapa panjang telomere mereka dan mengetahui jangka hidupnya.