this site
Jualan kopi keliling, tak ada duka

Demi menghidupi keluarganya,sundari harus rela jualan kopi keliling di alun-alun kota Jember

Angin malam serasa menyambut kedatangan kami berdua di kota jember. Rembulan pun mengawasi, ketika kami duduk berdua di pingir alun-alun kota Jember yang luas nan indah. Pemuda pemudi yang tengah bermain futsal dan badminton menambah keindahan alun-alun kota. Lantunan sholawat dari subsystem alun-alun dan masjid tak mau kalah dalam keramaian malem rabu itu. Tenang rasanya mendengar sholawatan dari masjid ………yang letaknya persis di sebelah barat alun-alun, pikiran yang stres gara-gara kongres, sejenak hilang oleh lantunan sholawat merdu itu. Hal inilah yang membedakan alun-alun kota jember dengan alun-alun yang lain. Ikut andil pula dalam keramaian itu Pedagang asongan, yang ada disekitar alun-alun kota Jember.


Malam itu, terlihat wanita tua. Tangan kanannya terlihat membawa termos berisi air panas. Sedangkan tangan kirinya membawa rantang yang warnanya mulai kusut, dalam rantang tersebut terdapat berbagai merk kopi bubuk yang di atur sedemikian rupa, hinggaterliaht rapi. Sesekali ia berjalan mengelilingi alun-alun kota Jember. Tidak henti-hentinya ibu ini menawarkan  “kopi, kopi,kopinya  mas,” sapanya pada orang-orang yang duduk di sekitar alun-alun kota.

Beliau adalah ibu Sundari. Subhanallah, betapa kejamnya kehidupan ini, di umur 53 tahun beliau harus berjuang menghidupi keluarganya, rela berangkat magrib dan pulang sekitar jam 24.00 WIB. Hanya untuk menjajakkan dagangannya pada pengunjung alun-alun jember. Begitulah kegiatannya tiap malam dan ia tekuni hal itu selama tiga tahun. Anehnya, beliau tidak pernah merasakan kedukaan dalam menjajakkan dagangannya itu. “suka terus mas, tidak ada dukanya” ungkap ibu kelahiran 1985 ini. Meskipun  ada, dia selalu berusaha mengatasinya dengan tenang dan sabar. Sungguh sebuah perjuangan yang sangat membutuhkan ketabahan hati dan kesabaran jiwa.

Berawal dari pindahnya keluarga besar ibu yang sudah berumur 53 tahun ini ke jember, karena di semarang rumahnya kebanjiran. Beliau mencoba jalan-jalan ke alun-alun jember. Ternyata, tidak ada pedagang yang jualan kopi. Sehingga beliau terinspirasi untuk jualan kopi sebagaimana yang beliau lakukan di semarang. Tapi bedanya, kalau di semarang menetap diwarung, sedangakan kalau di alun-alun jember dengan cara keliling alun-alun. Modal awalnya hanya 175 ribu rupiah, Beliau gunakan uang tersebut untuk membeli termos dan bahan-bahan yang dibutuhkan. Gelasnya seratus biji 12 ribu rupiah, Sehingga kalau di kalkulasi keseluruhan, tiap satu gelas kopi, beliau mendapatkan sekitar 5 ratus rupiah, Tidak banyak yang beliau dapatkan tiap malam. Hanya sekitar 25 ribu rupiah, hal tersebut bisa lebih jika malam mingguan, akan tetapi juga bisa berkurang jika musim hujan.

Setelah beberapa bulan kemudian, ada juga yang jualan kopi, karena banyak orang yang beranggapan bahwa ibu sundari ini sukses jualan kopi di alun-alun jember. Sehingga pendapatan ibu yang beralamatkan di jln. A. Yani ini, juga bekurang karena sudah banyak saingan. Ia tetap menerima hal tersebut karena beliau sadar kalau rizki itu adalah pemberian allah. Dengan prinsip, kopi boleh sama, harga boleh sama, tapi rizki allahlah yang menentukannya.

Satu hal lagi dari perjuangan ibu yang agak lemu ini. Ketika pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang menggusur pedagang kaki lima, beliau juga termasuk pedagang yang diusir oleh satpol PP, karena berjualan di jalan kartini. Tapi beliau tetap ngotot berjualan disana, sehingga diusir lagi dan diberikan uang satu juta, supaya tidak jualan lagi di jalan tersebut. Tapi tetap saja. Akhirnya termosnya dibawa oleh satpol PP dan beliau dapat surat untuk hadir kepengadilan. Pada hari yang sudah ditentukan beliau tidak hadir kesana karena beranggapan bahwa beliau hanya berjualan, tidak mencuri. Pejabat-pejabat saja banyak yang korupsi tidak dihukum. “kenapa saya harus kepengadilan, saya tidak mencuri kok” tuturnya kepada crew arta. Singkatnya. Beliau masuk televisi karena ngotot jualan di jalan kartini. Sungguh merupakan semangat yang sangat mengagumkan, yang tujuan akhirnya demi menghidupi keluaraganya semata. Subhanallah.




0 komentar

Posting Komentar

Flag Counter

free counters
Link Top Tutorial Blog Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Kotak Berlangganan

Enter your email address:

Followers

About Me

Foto saya
saya berasal dari orang yang menengah kebawah, tapi dengan keinginan kuat saya, tak menjadi penyebab bagi saya untuk tidak meneruskan kuliah, tekad yang bulat, dan keinginan yang menggebu-gebu mendorong saya untuk melang-lang buana atau merantau ke daerah yang jauh dari tanah kelahiran saya.