this site
UPAH BANTU DI KANTIN TIDAK CUKUP UNTUK NGEKOS

Zulaikho harus rela tidur di kantin karena hasil upah Bantu-bantu di kantin dan hasil rongsokan tidak cukup untuk ngekos.

Suasana kampus IAIN sunan ampel Surabaya, sore itu sudah sepi. Khususnya difakultas dakwah. Yang tampak hanyalah karyawan yang sudah bersiap-siap untuk pulang. Satu persaru meninggalkan area parkir dengan kendaraan pribadinya.

Dari barat terlihat wanita tua, berjalan dari depan gedung A fakultas tarbiyah, menuju gedung A fakultas dakwah. Sesekali dia tersenyum dan berjalan tertatih-tatih. Tangan kanannya terlihat membawa tiga plastik, satu berwarna merah dan yang dua berwarna putih. “Beliau baru selesai sholat di masjid ulul albab mas,” tutur kodir, yang sama-sama pembantu kantin.


Beliau adalah ibu Zulaikha, betapa kejamnya dunia ini, diumur 55 tahun. Beliau masih harus bekerja secara maksimal. Pagi-pagi harus menjual barang rongsokan yang di kumpulkan kemarin, setelah itu Bantu-bantu di kantin, dan pada waktu sore, wanita yang sudah lansia ini, mencari barang rongsokan di tempat sampah, sambil membersihkan tempat sampah di fakultas dakwah, begitulah kegiatannya setiap hari.

Nenek yang sudah renta itu, langsung menuju lantai 2 fakultas dakwah. Disanalah dia mulai mencari nafkahnya dengan menghampiri satu persatu tempat sampah yang lumayan besar itu, dan membukanya dengan perlahan dan mencari barang yang masih dapat dijual dan dimasukkan di plastik yang dibawanya, seperti kertas, botol dan gelas aqua, dan sejenis kardus.

Setelah lantai atas selesai, kemudian beliau turun ke lantai bawah dengan plastiknya yang sudah berisi barang-barang bekas tadi. Entahlah, itu dapat dijual semua atau tidak. Di lantai bawah, dia juga mengambil satu persatu barang yang ada di tempat sampah, tidak jauh beda dengan apa yang ia lakukan di lantai atas. 

Setelah selesai semua, ia membawa tempat sampah itu dengan menyeret ke tempat pembuangan sampah terakhir, untuk dibakar. Sehingga menimbulkan bunyi yang sangat tidak mengenakkan telinga, dan hal itulah yang sering ditertawakan para mahasiswa.

Di tempat pembuangan sampah terakhir, beliau masih memilih yang mana sekiranya masih berharga atau harus dibuang, bahkan ketika ada sisa nasi bungkus yang sudah dibuang oleh para karyawan fakultas dakwah, beliau ambil nasinya, lalu dipindah ke kertas lain. 

Upah dan hasil rongsokan

Berawal dari keingin tahuan ke Surabaya, khususnya ke IAIN sunan ampel Surabaya. Beliau memberanikan diri dengan berbekal apa adanya. Sehingga dia kesasar dan tiba di bungurasi. Tapi pada akhirnya beliau tiba juga di kampus IAIN sunan ampel Surabaya.

Beliau pertama bantu-bantu di warung kecil yang ada di IAIN. Dan sampai sekarang beliau hanya Bantu-bantu di kantin, dengan upah yang sangan minim, sehingga beliau disini tidak ngekos, karena memang tidak cukup. Tapi beliau enggan menyebutkan berapa nominalnya. “tak perlu saya sebutkan berapa nominalnya, tapi yang pasti tidak cukup kalau buat ngekos”, Tuturnya.

Sedangkan hasil rongsokan yang beliau tekuni tiap sore, hasilnyapun tidak seberapa. Botol aqua cuma Rp. 2500 per kilo, gelas aqua Rp. 1500 per kilonya, dan kertas-kertas folio yang masih bagus Rp.1500, tapi yang jelek hanya Rp. 1000 perkilonya. Beliau biasa menjual itu tiap pagi sebelum Bantu-bantu di kantin. Dan hal itu sudah di tekuninya kurang lebih sepuluh tahun, “sudah lama saya kerja ini sayang”, candanya.
0 komentar

Posting Komentar

Flag Counter

free counters
Link Top Tutorial Blog Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Kotak Berlangganan

Enter your email address:

Followers

About Me

Foto saya
saya berasal dari orang yang menengah kebawah, tapi dengan keinginan kuat saya, tak menjadi penyebab bagi saya untuk tidak meneruskan kuliah, tekad yang bulat, dan keinginan yang menggebu-gebu mendorong saya untuk melang-lang buana atau merantau ke daerah yang jauh dari tanah kelahiran saya.