this site
SHOLAT VERSI AKTIVIS KAMPUS
  1. Hakekat Aktivis Kampus
Menjadi mahasiswa adalah sebuah kebanggan karena menjadi seorang yang tergolong elite dikalangan masyarakat. Tidak semua orang bisa menjadi mahasiswa, dan mahasiswa berada dalam kelas atas dalam status sosial masyarakat. Namun apakah benar menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah kebanggaan.

Ironis memang ketika melihat seorang mahasiswa berkelakuan tidak selayaknya mahasiswa. Mulai dari cara berpakaian, tutur kata, cara bergaul, gaya hidup sampai kemampuan akademisnya. Tapi tidak semuanya, ada juga mahasiswa yang memang berpenampilan seorang mahasiswa. Mahasiswa memang beragam.

Setiap mahasiswa mempunyai tipe dan karakteristik sendiri-sendiri. Prinsip hidup sendiri-sendiri. Ada mahasiswa yang pengen biasa-biasa saja namun ada pula yang pengen tidak biasa-biasa saja. Banyak mahasiswa yang cuma fokus kuliah, posnya cuma Kost, Kampus, Kantin dan sebagainya. mereka tidak ingin disibukkan dengan yang lainnya.




Ada pula yang mahasiswa yang pengennya cuma maen. Kumpul sama temen2, nongkrong, kongko2 dengerin musik dan bersenang-senang. Enjoy terus pokoknya. Ada pula mahasiswa yang sudah disibukkan dengan bekerja. Setelah kuliah langsung bekerja.


Namun ada pula mahasiswa yang suka beraktivitas dikampus melalui organisasi2 kampus. Mereka sering disebut sebagai “Aktivis kampus”. Selain sibuk kuliah mereka disibukkan dengan agenda2 kegiatan organisasi.

Semua itu adalah pilihan2. Setiap mahasiswa mempunyai pilihan sendiri-sendiri yang itu adalah terbaik untuknya. Tidak ada yang salah dengan pilihan mereka, karena merekalah yang akan menerimanya.

Menjadi aktivis kampus seperti BEM, DEMA, SKI, dan sebagainya merupakan sesuatu yang sangat berbeda. Bagi mereka yang suka berorganisasi, ada yang tidak hanya ikut satu organisasi bisa double, triple atau lebih.

Mengapa menjadi aktivis itu istimewa? ya, karena beberapa hal. Pertama, Mereka rela untuk memikirkan orang lain disamping memikirkan diri sendiri. Karena dalam organisasi mereka berperan untuk melayani orang lain, baik pengurus maupun yang lainnya. Sesuatu yang sangat mulia.

Kedua, Mereka mempunyai kemampuan yang lebih dibanding mahasiswa biasa. Antara lain, kemampuan manajerial, manajemen waktu, kemampuan berkomuniskasi dan bersosialisasi. Kemampuan tersebut akan muncul dengan sendirinya tanpa terasa.

Ketiga, mereka akan mempunyai jaringan yang banyak. Jelas ketika berorganisasi tidak hanya berinteraksi dengan teman, namun juga orang lain. Ini sangat penting untuk membantu ketika masuk didunia kerja.

Ini hanya beberapa saja, masih banyak yang akan didapatkan ketika aktif berorganisasi. Banyak pilihan bagi kita mau ikut organisasi apa. Perpolitikan bisa ikut di DEMA dan BEM. Akademis bisa ikut HMP/HMJ dan SIM. Keagamaan bisa ikut SKI atau JN UKMI atau yang lainnya. Keolahragaan bisa ikut karate, taek wondo dsb. Banyak wadah bagi kita untuk aktif berorganisasi.

Seharusnya, dengan berbagai macam kegiatan dan banyak aktivitas diskusi merupakan cirri khas dari seorang aktivis kampus. sehingga dia memiliki nilai lebih ketimbang teman-temannya. kalau mahasiswa yang hanya pulang pergi kos- kampus, mereka tidak memiliki waktu untuk diskusi mengembangkan wacana keilmuan. dan seharusnya lebih pinter dan lebih tanggap dan bijaksana menangani seegala macam masalah.

B.    B. Fakta Dan Fenomena Aktivis

Beberapa waktu yang lalu saya sempat berdiskusi hangat dengan teman-teman yang menamakan dirinya sebagai aktivis. Tapi saya salut luar biasa karena aktivis ini sangat kritis melihat beberapa fenomena dikalangan aktivis kampus yang mulai meluntur nilai-nilai keislaman yang ada dalam dirinya. Atau mungkin juga sholat dan jamaahnya.

Untuk membuktikan hal itu, sore itu saya dan kelompok patologi muslim, berkeliling kampus karena penasaran terhadap argument itu. kebetulan pada saat itu di blok M atau di selatannya rektorat, ada sekelompok mahasiswa yang sedang asyik diskusi, dan saya amati hal itu sudah ada sebelum adzan asar, sekelompok itu biasa saya lihat ketika ada aksi-aksi demo, pemilihan presiden atau gubernur. dan sering saya lihat orang- orang yang ada pada kelompok itu adalah orang-orang yang aktif di organisasi.

Jadi kita sudah dapat menyimpulkan bahwa orang itu ialah “Aktivis kampus”, yang pada hakekatnya lebih aktif dan lebih memiliki ilmu pengetahuan ketimbang mahasiswa lainnya.

Akan tetapi kenapa dalam hal ini, yakni sholat, mereka tidak mengindahkan? mereka seakan-akan berlagak masa bodoh terhadap sholat? mereka tidak mau tau kalau hal itu sudah hampir mendekati sholat magrib. pertentangan wacana keilmuan, mulai yang ada refrensinya sampai pada hal-hal yang hanya omong kosong pun ada pada perbincangan tersebut.

Terus, apa yang salah pada proses ini? aktivis yang diyakini memiliki nilai plus ketimbang mahasiswa yang hanya kampus-kos. tapi mereka tidak pernah sholat, mereka tidak mau tau terhadap sholat. padahal sholat adalah kewajiban bagi umat islam yang sudah baligh. dan saya yakin mereka sudah paham itu, bahkan beserta dalil-dalilnyapun mengenai sholat, saya yakin mereka hafal dan faham betul. tapi kenapa dia tidak mendapat taufiq dan hidayah untuk bisa melaksanakannya??
kejadian tadi adalah merupakan kajian dari patologi muslim, yang mana mereka sudah tau hukum dan dalilnya, tapi masih belum bisa melakukan ilmunya. hal ini sangat miris sekali mengingat kampus kita adalah kampus islam, tapi mahasiswanya tidak sholat. masyaallah..

C.    Faktor Penyebab dan Tritment

Banyak faktor yang bisa menyebabkan mereka masa bodoh terhadap sholat, pertama : mereka terlalu masuk pada ranah filsafat yang banyak membahas tentang pemikiran-pemikiran tokoh yang sangat fundamental dan radikal. sehingga mereka sudah tidak menganggap penting lagi untuk sholat. salah satu teman aktivis saya mengatakan bahwa ketika kita sholat tidak dapat apa-apa, dan hal itu riel tidak dapat apa-apa yang Nampak langsung saat ini juga. dia yang seperti itu terlalu percaya pada aliran pragmatisme. bahkan dari saking radikalnya, mereka berani mengaku nabi kontemporer yang ajarannya itu tanpa sholat.

Kedua, mereka terlalu sibuk dengan kajian dan organisasinya, sehingga ketika masuk waktunnya sholat, mereka kecape’an dan enggan untuk melakukan kewajiban hablum minallah.

Dua alasan ini bisa kita analisis melalui patologi muslim, karena kita tau bahwa teman-teman aktivis yang tidak melakukan sholat itu adalah orang muslim yang patologis. dan dua alasan ini yang sering di ungkapkan oleh teman-teman aktivis yang masa bodoh terhadap sholat. dan tentunya kita tidak boleh tinggal diam dalam hal ini, khususnya jurusan bimbingan konseling islam tidak boleh tinggal diam, dan harus tanggap dalam mengikapi panyakit muslim ini.

D. Tritment
Langkah awal yang bisa di lakukan bagi mereka ialah penyadaran dengan logis mengenai betapa pentingnya sholat, yang tentunya argument dan wacana yang diangkat itu harus lebih logis dari pada argument aktivis itu tadi. kita bisa melakukan terapi eksistensial humanistic untuk menyadarkan hakekat dan keberadaan mereka sebagai umat muslim. sering ajak diskusi dalam rangka penyadarannya ini.

Langkah selanjutnya, berikan dia kegiatan atau aktivitas yang taktis, misalnya adakan agenda sholat jama’ah, secara otomatis kalau dia tidak ikut acara atau kegiatan itu, akan merasa malu. tapi tidak apa-apa untuk pertama kalinya memaksa demi kebaikan, yang penting dia bisa melakukan sholat dulu, itu tujuan utama kita, terlepas itu khusu’ atau tidak.

Disamping itu pula, usahakan kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan dia diminimalisir untuk mempersiapkan sewaktu-waktu dia beralasan kecape’an. hal itu dillakukan dengan kontinyu dan tetap dalam evaluasi yang terkontrol. dengan usaha itu semoga ada perubahan bagi IAIN, karena sangat miris sekali jika kampus islam tapi penghuninya tidak pernah sholat dan lalai terhadap sholat.

0 komentar

Posting Komentar

Flag Counter

free counters
Link Top Tutorial Blog Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Kotak Berlangganan

Enter your email address:

Followers

About Me

Foto saya
saya berasal dari orang yang menengah kebawah, tapi dengan keinginan kuat saya, tak menjadi penyebab bagi saya untuk tidak meneruskan kuliah, tekad yang bulat, dan keinginan yang menggebu-gebu mendorong saya untuk melang-lang buana atau merantau ke daerah yang jauh dari tanah kelahiran saya.