this site
MAKALAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI DAKWAH
BAB II
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Terciptanya psikologi dakwah tentunya tidak lepas dari sejarah perkembangan psikologi dan dakwah, serta psikologi islam sampai pada psikologi dakwah itu sendiri, yang kemudian berdiri secara otonom.Psikologi dakwah mempunyai teori serta prinsip-prinsip dan sudut pandang khusus yang berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya. Psikologi dakwah, sebagai gabungan dari psikologi dan dakwah, mempunyai objek pembahasannya tersendiri yang membedakannya dengan ilmu yang lain, baik objek materialnya maupun formalnya. 
Oleh karena objek kajian yang sangat luas, maka pada kesempatan ini kita akan berusaha menelaah tentang perkembangan psikologi, dakwah, dan psikologi dakwah beserta kedudukan psikologi dakwah dalam ilmu psikologi, dan juga yang tak kalah penting disini kita akan membahas tentang hubungan psikologi dakwah dengan ilmu yang lain, karena diakui atau tidak, kajian yang sangat luas  ini berhubungan dengan ilmu-ilmu yang lain.

B.    Rumusan Masalah
1.     Bagaimana sejarah perkembangan psikologi, dakwah, psikologi islam dan psikologi dakwah?
2.     Bagaimana kedudukan psikologi dakwah dalam ilmu psikologi?
3.     Bagaimana hubungan psikologi dakwah dengan ilmu yang lain?
C.    Tujuan Pembahasan
1.     Kita bisa mengetahui sejarah perkembangan psikologi, dakwah, psikologi islam dan psikologi dakwah.
2.     Kita dapat mengetahui kedudukan psikologi dakwah dalam ilmu psikologi.
3.     Kita dapat memahami dengan mendetail hubungan psikologi dakwah dengan ilmu yang lain.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Psikologi, Dakwah, Psikologi Islam dan Psikologi Dakwah
1. Sejarah Perkembangan Psikologi
Beberapa abad sebelum Masehi, para ahli pikir Yunani dan Romawi telah berusaha mengetahui hidup kejiwaan manusia dengan cara-cara yang bersifat spekulatif. Pada zaman ini psikologi masih dalam ruang lingkup filsafat, Para ahli menyebutnya filsafat rohaniah, karena mereka berusaha memahami jiwa melalui pemikiran pilosofi dan merupakan bagian dari filsafat. Salah satu filsuf pada saat ini plato dan aristoteles.
Sejalan dengan dinamika hidup masyarakat untuk senantiasa mencari pemuasan dalam segala aspek kehidupannya maka pikiran manusia pun mengalami perkembangan yang bertendensi ke arah pemuasan hidup ilmiahnya yang semakin sempurna. Mulai zaman humanisme  (aufklarung), sistem dan metode berpikir manusia tidak lagi bersifat spekulatif , melainkan menuntut sistem dan metode yang bersifat rasionalistis. Di antara ahli pikir pada masa ini adalah Thomas Aquinas dan Jhon Locke.
Sejak permulaan Abad XX, psikologi makin berkembang ke arah pengkhususan studi tentang aspek-aspek kehidupan jiwa manusia yang masing-masing memiiiki ciri khas yang membedakan satu dengan yang lainnya. Adapun pengkhususan tersebut dapat dikemukakan dalam beberapa aliran sebagai berikut: a. Psiko-analisis, b. Psikologi Individual (ilmu jiwa Pribadi), c. Psikologi analitis.[1]
2. Sejarah Perkembangan Dakwah
a.      Priode Nabi Muhammad dan Khulafa al-Rasyddun
Sejarah dakwah Nabi Muhammad dapat dibagi dalam dua fase, fase Mekkah dan Fase Madinah. Fase mekkah dimulai semenjak Rasullulah menerima wahyu pertama di gua Hira, sedangkan pada fase Madinah  dimulai ketika Nabi Muhammad menerima wahyu untuk berhijrah ke Madinah pada saat orang-orang Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhannad dan para pengikutnya.
b.     Priode umayyah, ‘Abasiyyah, dan utmani
Priode ini adalah masa dinasti Umayyah, ‘Abasiyyah, dan utsmani. Priode ini dimulai dengan berdirinya Dinasti  Bani Umayyah oleh Mu’awiyah bin abi Shafyan pada tahun keempat puluh Hijriyah hingga runtuhnya Dinasti Bani Utsmani pada tahun 1343 H/1924 M.
c.      Priode Zaman Modern
Pada priode ini ada yang mengambil bentuk dakwah yang bermacam-macam, ada yang berdakwah secara personal, ada juga yang bergerak secara berklompok.
3. Pemikiran ke Arah Psikologi islam
Pembicaraan tentang jiwa (ruh) dalam islam sudah di mulai sejak munculnya pemikir-pemikir islam dipanggung islam. Dimulai dengan runtuhnya peradaban Yunani Romawi dan adanya gerakan penerjemahan, komentar serta adanya karya orisinal yang dilakukan oleh para pemikir islam terutama pada masa Daulah Abasiyyah, esensi pemikiran yunani diangkat dan diperkaya. Disisi lain, para fisuf muslim juga terpengaruh oleh pemikiran Yunani dalam membahas nafs (jiwa), sehingga kubu fisafat islam diwakili oleh ibnu Rusyd terlibat perdebatan akademik berkepanjangan dengan Al-Ghazali. Dalam kurun waktu kurang lebih tujuh abad, nafs (jiwa) dibahas dalam dunia islam dalam kajian yang bersifat sufistik dan falsafi. Pembicaraan tentang nafs (jiwa) ini maka sangat memungkinkan, karena islam sendiri telah memiliki konsep sendiri tentang manusia serta unsur-unsurnya, maka sangat wajar bila para pemikir muslim juga berbicara islam dan jiwanya.
4. Pemikiran ke Arah Psikologi Dakwah
Psikologi Dakwah merupakan cabang pengetahuan baru yang merupakan gabungan antara kajian psikologi dengan ilmu dakwah. Psikologi dakwah juga pada hakikatnya merupakan bagian dari psikologi islam, karena dalam psikologi dakwah landasannya Al-Qur’an dan Hadis. Perkembanganpun sejalan dengan perkembangan pemikiran psikologi dalam islam. Ilmu ini dirasakan perlu dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan dakwah dan memaksimalkan hasil dari kegiatan dakwah.
Di Indonesia, ilmu ini dirintis oleh H. M Arifin sekitar tahun 1990. Menurut beliau, pada hakikatnya psikologi dakwah merupakan landasan dimana metodologi dakwah seharusnya dikembangkan. Psikologi dakwah membantu para Da’I dan para penerang agama memahami latar belakang hidup naluri manusia sebagai makhluk individual maupun sebagai makhluk social. B. Kedudukan Psikologi Dakwah Dalam Ilmu Psikologi
Psikologi berdasarkan kegunaannya ada dua macam, yang pertama psikologi teoritis, yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan untuk gejala-gejala itu sendiri. Yang kedua psikologi praktis/terapan, yaitu ilmu yang membahas segala sesuatu tentang jiwa untuk digunakan dalam praktek.[2]
Jika dikaitkan dengan psikologi dakwah, yang mana makna secara sepintas dapat kita definisikan sebagai ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari atau membahas tentang segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
Dari definisi diatas, dapat kita simpulkan  bahwa psikologi dakwah merupakan psikologi praktis atau psikologi terapan, karena penggunaannya lebih pada prakteknya.[3]
Disamping itu pula yang dibahas dalam psikologi dakwah ialah mengenai masalah tingkah laku manusia dilihat dari segi interaksi dan interrelasi serta interkomunikasi dengan manusia lain dalam hidup kelompok sosial, disamping masalah hidup individu dengan kelainan- kelainan watak dan personality, mendapat tekanan-tekanan analisis yang mendasar dan menyeluruh, karena tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial.  
C. Hubungan Psikologi Dakwah dengan Ilmu Lain
Untuk memperjelas pembahasa ini, maka kami akan jelaskan satu persatu:
1. Hubungan Ilmu Dakwah dengan Psikologi
Islam adalah agama dakwah, agama yang menyebarluaskan kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum mempercayainya untuk percaya,  menumbuhkan pengertian dan kesadaran umat islam agar mampu menjalankan hidup sesuai yang diperintahkan. Dalam melaksanakan proses dakwah akan menghadapi berbagai keragaman dalam berbagai hal, seperti pikiran-pikiran, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain. Keragaman tersebut akan memberikan corak dalam menerima pesan dakwah, karena itulah untuk mengefektifkan seorang dai ketika menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u diperlukan memahami psikologi yang mempelajari tentang kejiwaan.
2. Hubungan psikologi dakwah dengan ilmu komunikasi
Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, dimana Da’i mengkomunikasikan pesan kepada Mad’u, perseorangan atau kelompok. Secara tehnis dakwah adalah komunikasi antara da’i(komunikator) dan mad’u(komunikan). Dan disini cara kerja psikologi dakwah sama dengan cara kerja psikologi komunikasi, karena manusia yang menjadi pelaku dakwah dan pelaku komuikasi adalah sama manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkeinginan.
3. Hubungan psikologi dakwah dengan psikologi   agama
Psikologi Agama (ilmu jiwa agama) meneliti sejauh mana pengaruh keyakinan agama terhadap sikap dan tingkahlaku seseorang (berfikir, bersikap, dan bereaksi).[4] Lapangan penelitian psikologi agama adalah kesadaran beragama dan pengalaman beragama. Jika psikologi berusaha menguak apa yang melatarbelakangi tingkah laku manusia yang terkait dengan dakwah, maka psikologi agama mencari seberapa besar keyakinan agama seseorang memenuhi tingkah lakunya.
4. Hubungan psikologi dakwah dengan patologi social
Psikologi dakwah adalah upaya mengajak kepada ajaran agama menuju kepada kesejahteraan jiwa dan raga Mad’u dan Da’i. Sebelum memulai dakwah, para da’i perlu mengetahui lebih jauh apa saja penyakit-penyakit masyarakat yang hal itu dibahas oleh ilmu patologi sosial.
5. Hubungan psikologi dakwah dengan sosiologi
Sosiologi menaruh perhatian pada interaksi sosial. Interaksi sosial akan terjadi apabila terjadinya komunikasi. Demikian juga kegiatan dakwah yang merupakan komunikasi antara Da’i dan Mad’u yang akan melahirkan interaksi sosial.
6. Hubungan psikologi dakwah dengan psikologi individual
Manusia adalah makhluk individual, makhluk yang tidak bisa di bagi-bagi, terdiri dari jasmani dan rohani yang merupakan kesatuan yang utuh. Psikologi individual adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia dari segi individualitas (pribadinya). Bantuan psikologi individual terhadap psikologi dakwah terletak pada pengungkapan tentang hal ihwal hidup kejiwaan individual dengan aspek-aspek dan ciri-cirinya yang mengandung kemungkinan dapat dihampiri secara bijaksana untuk diarahkan kepada tujuan dakwah sesuai dengan kebutuhan pemuasan pribadi masing-masing melalui proses dakwah yang tepat.
7. Hubungan psikologi dakwah dengan psikologi social
Selain manusia sebagai makhluk individual, secara hakiki manusia juga merupakan makhluk sosisal. Psikologi sosial merupakan landasan yang memberikan dan mengarahkan psikologi dakwah kepada pembinaan sosialisasi manusia sebagai objek dakwah karena dalam psikologi sosial dipelajari tentang peyesuaian diri manusia yang diitimbulkan oleh rangsangan-rangsangan sosial, perubahan tingkah laku sesuai rangsangan-rangsangan sosial.[5]



BAB III
KESIMPULAN
Dari keterangan diatas dapat disimpulakan bahwa perkembangan psikologi dakwah sangat dipengaruhi oleh psikologi, dakwah dan psikoligi islam. Dan psikologi dakwah itu sendiri adalah merupakan bagian dari psikologi islam, karena sumbernya dari al-qur’an dan hadist.
Selanjutnya mengenai kedudukan psikologi dakwah dapat kita simpulkan bahwa psikologi dakwah merupakan psikologi praktis atau psikologi terapan, karena penggunaannya lebih pada prakteknya.
Sedangkan mengenai hubungannya dengan ilmu yang lain sudah sangat jelas sekali, karena suatu ilmu pengetahuan tidak lepas dari  kaitannya dengan ilmu yang lain sebagai penunjang ilmu itu sendiri, tak terkecuali psikologi dakwah. Yang mana dalam makalah kami hanya saya cantumkan tujuh ilmu pengetahuan yang sangat berkaintan dengan ilmu psikologi dakwah.











DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara) , 1991.
Faizah& lalu muchsin effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media) , 2006.
Ahmadi, Abu & M.Umar, Psikologi Umum, (Surabaya: PT. Bina Ilmu) , 2009.
Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang) , 1993.
Mubarok, A. Psikologi dakwah. (Jakarta : Pustaka Firdaus), 1999.
www. Xc.computer.com


[1] H.M. Arifin, , Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hh 32-33.
[2] Abu ahmadi& M.Umar, Psikologi Umum, (surabaya: PT. Bina Ilmu, 2009), hlm 4-5
[3] H.M Arifin, Psikologi Dakwah, hlm 17
[4] Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm 23
[5] Faizah & lalu muchsin effendi, Psikologi Dakwah,(Jakarta: prenada media, 2006), hlm 35-40
1 komentar
  1. BAGUS TERIMAKASIH , LUMAYAN TAMBAH PENGETAHUAN

Posting Komentar

Flag Counter

free counters
Link Top Tutorial Blog Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Kotak Berlangganan

Enter your email address:

Followers

About Me

Foto saya
saya berasal dari orang yang menengah kebawah, tapi dengan keinginan kuat saya, tak menjadi penyebab bagi saya untuk tidak meneruskan kuliah, tekad yang bulat, dan keinginan yang menggebu-gebu mendorong saya untuk melang-lang buana atau merantau ke daerah yang jauh dari tanah kelahiran saya.