this site
MASIHKAH ORGANISASI EKSTRA KAMPUS DIMINATI?
Organisasi ekstra kampus pada dasarnya merupakan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan wahana keilmuan. Baik keilmuan secara akademis, maupun hanya sekedar mencari sebuah pengetahuan, untuk menambah wawasan sebagai mahasiswa selaku Agent Of Control dan Agent Of Change.

Namun, saat ini banyak mahasiswa yang tidak minat terhadap organisasi ekstra kampus. Survei yang dilakukan oleh “Corong” terhadap 86 mahasiswa Fakultas Dakwah dari semua jurusan telah dilaksanakan untuk mengetahui ketertarikan mahasiswa terhadap organisasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan terhadap organisasi. Responden terdiri dari mahasiswa semester dua, empat dan enam. Hasil mebuktikan bahwa  presentase mahasiswa yang tidak minat terhadap organisasi ekstra kampus sebesar  41,0%, sedangkan yang minat terhadap organisasi ekstra kampus presentasenya hanya sebesar 15,0%. Angka presentase yang minat lebih kecil dibandingkan dengan presentase yang tidak minat. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa sama sekali tidak memiliki ketertarikan terhadap organisasi ekstra kampus.

Mahasiswa tidak tertarik terhadap organisasi ekstra kampus karena menganggap organisasi ekstra kampus tidak memiliki mutu yang bagus. Presentase yang menganggap tidak bermutu presentasenya mencapai  63,1%. Sedangkan yang menganggap organisasi ekstra kampus masih memiliki mutu hanya  23,0%. Perbandingan antara mahasiswa yang menganggap organisasi bermutu jauh lebih kecil daripada yang menganggap tidak bermutu.

Di samping itu, dapat diketahui bahwa  ada empat faktor yang membuat organisasi ekstra kampus tidak bermutu.  Pertama, faktor  kualitas aktifis dalam sebuah organisasi mencatat presentase yang paling tinggi yaitu sebanyak 34,5 %. Dengan ini, responden menganggap bahwa kualitas aktifis dalam organisasi merupakan faktor yang paling penting dalam memicu mutu kualitas organisasi ekstra kampus. Akan tetapi untuk saat ini aktifis organisasi kampus tidak berkualitas. aktifis sekarang cenderung tidak memiliki intelektualitas yang bagus. hal ini disebabkan oleh kurangnya kajian antar sesama aktifis. Mereka hanya cenderung membicarakan persoalan-persoalan yang tidak penting. Selain itu, aktifis organisasi ekstra tidak  mau untuk belajar mandiri. Mereka cenderung mengulur-ulur waktu untuk melakukan kajian keilmuan.

Faktanya, aktifis organisasi ekstra tidak memiliki keunggulan dalam bidang akademis, karena mahasiswa yang menyandang aktifis lebih suka untuk tidak masuk kuliah, dengan alasan ada kegiatan organisasi yang lebih penting. Selain itu, aktifis organisasi banyak yang tidak memiliki skill baik dalam bidang tulis menulis maupun interpreneur maupun dalam bidang yang lain.

Kedua, faktor organisasi menempati posisi kedua setelah aktifis dengan presentase 31,0%.  Akan tetapi organisasi ekstra kampus saat ini tidak memiliki SDM (Sumber Daya Mahasiswa) yang baik, sehingga kepengurusan di organisasi ekstra  kampus tidak berfungsi. Akibatnya, organisasi mengalami stagnan. Tidak ada perkembangan dalam menjalankan roda organisasinya. Buruknya manajemen dalam organisasi ekstra kampus juga menjadi pertimbangan mahasiswa untuk tidak mau ikut bergabung.

Selain itu banyak program-program organisasi kampus yang tidak jelas arah tujuannya. Sehingga banyak mahasiswa yang belum mengerti pentingnya mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi ekstra kampus. Hal ini bisa diakibatkan oleh minimnya komunikasi dan penyampaian informasi  yang dilakukan oleh organisasi ekstra kampus terhadap mahasiswa.

Ketiga, faktor ideologi juga menjadi penyebab tidak diminatinya organisasi ekstra kampus, presentasenya mahasiswa yang tidak mau mengikuti organisasi ekstra kampus presentasenya sebesar 21,8%. Mahasiswa menilai bahwa organizes ideologi kampus cenderung hanya menonjolkan kepentingannya sendiri tanpa melihat organisasi yang ideologinya berbeda, sehingga kader organisasi ekstra tidak bisa serius dalam belajar. Mereka hanya disibukkan dengan konflik antar ideologi yang pada dasarnya memang tidak bisa disatukan, karena ideologi sifatnya subjektif tidak bersifat objektif.

Tidak hanya itu, organisasi ideologi cenderung hanya memikirkan politik, sehingga akhirnya akan menjadi pemacu terjadinya konflik antar sesame organisasi, akibatnya mahasiswa akan saling membenci.

Keempat, mahasiswa yang menjawab lain-lain presentasenya sebesar 11,5%. Hal ini merupakan penilaian mahasiswa terhadap organisasi tanpa melihat aktifis, organisasi, serta ideologinya. Mereka melihat dari kaca mata diri mereka sendiri. Keterbatasan pengetahuan terhadap organisasi serta persoalan-persoalan yang ada dalam internal mahasiswa, seperti, malas berorganisasi dan ketidak pahamanan terhadap organisasi membuat mereka tidak tertarik terhadap organisasi ekstra kampus.
0 komentar

Posting Komentar

Flag Counter

free counters
Link Top Tutorial Blog Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Kotak Berlangganan

Enter your email address:

Followers

About Me

Foto saya
saya berasal dari orang yang menengah kebawah, tapi dengan keinginan kuat saya, tak menjadi penyebab bagi saya untuk tidak meneruskan kuliah, tekad yang bulat, dan keinginan yang menggebu-gebu mendorong saya untuk melang-lang buana atau merantau ke daerah yang jauh dari tanah kelahiran saya.